Surabaya- Menjadi sekolah satu atap bersama SDN Balas Klumprik 1 dan SDN Balas Klumprik 2 menjadi tantangan tersendiri bagi SMPN 51 untuk mewujudkan sekolah peduli lingkungan hidup. Selain faktor lahan sekolah yang harus berbagi, warga sekolah yang berbeda tingkatan juga menjadi kendala, karena masing-masing sekolah memiliki kebijakan sendiri. Hal ini disampaikan oleh Ahmad Zainuddin, guru pembina kader lingkungan SMPN 51 saat pembinaan dan pemantauan Surabaya Eco School, Jumat (4/11).
“Kami akui kami kesulitan untuk mensinergikan kegiatan lingkungan ini dengan pihak SD. Oleh karena itu kegiatan lingkungan hanya masih untuk siswa SMP, belum melibatkan siswa SD,” kata Ahmad Zainuddin. Ditambahkannya kembali bahwa sesungguhnya SMP 51 sudah berupaya secara tidak langsung turut menanamkan perilaku ramah lingkungan kepada siswa SD melalui slogan-slogan peduli lingkungan yang dibuat. “Selain untuk mengingatkan siswa SMP, slogan tersebut juga membantu terbentuknya kesadaran bagi siswa SD,” ujarnya.
“Kami akui kami kesulitan untuk mensinergikan kegiatan lingkungan ini dengan pihak SD. Oleh karena itu kegiatan lingkungan hanya masih untuk siswa SMP, belum melibatkan siswa SD,” kata Ahmad Zainuddin. Ditambahkannya kembali bahwa sesungguhnya SMP 51 sudah berupaya secara tidak langsung turut menanamkan perilaku ramah lingkungan kepada siswa SD melalui slogan-slogan peduli lingkungan yang dibuat. “Selain untuk mengingatkan siswa SMP, slogan tersebut juga membantu terbentuknya kesadaran bagi siswa SD,” ujarnya.
Dalam ajang Surabaya Eco School ini dibentuk tiga satuan tugas (satgas) beranggotakan para siswa untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih dan asri. “Satgas yang kami bentuk masing-masing bertanggung jawab terhadap tanaman, kebersihan dan sampah yang di sekolah,” kata Andri Sandika, siswa kelas VII.
Dikatakan oleh Andri bahwa sebagian teman-temannya masih sulit diajak memilah sampah. “Saat ini sudah lebih baik karena sudah banyak yang mau memilah sampah,” ungkap Andri, ketua kader lingkungan sekolah ini. Sampah yang telah terpilah selama ini telah dimanfaatkan sebagian untuk karya daur ulang. Karya-karya tersebut telah dipajang di kelas masing-masing.
Selain pemilahan sampah, penambahan jumlah tanaman telah dilakukan melalui program satu siswa satu pohon. Rizsa Sekar menyampaikan bahwa tanaman yang dibawa telah diletakkan di depan kelas masing-masing. “Tak hanya membawa, namun mereka juga diharuskan merawat tanaman yang telah dibawa,” kata Rizsa.
Surabaya Eco School 2011 adalah program lingkungan hidup berkelanjutan untuk sekolah-sekolah di Surabaya. Program yang memadukan kompetisi, pembinaan dan pemantauan ini diselenggarakan oleh pemerintah kotaSurabayadan Tunas Hijau. Surabaya Eco School didukung oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, PDAM Surabaya, ASUS, PPS Teflon Paint Protection, PT. Dharma Lautan Utama dan Perum Jasa Tirta I. (don)
No comments:
Post a Comment